Jakarta – ASEAN diproyeksi dapat tetap terbuka dan inklusif di tengah ancaman polarisasi kekuatan global utama. Namun ASEAN harus menatap dan berpegang pada prinsip hubungan yang bersahabat dan kolaboratif di ambang kekhawatiran akan terjadinya Perang Dingin baru.
“Sejarah telah menunjukkan bahwa tidak ada pemenang, tetapi hanya perselisihan dalam tatanan global atau regional yang terpecah. Dalam hal ini, sentralitas ASEAN dapat berkontribusi menurunkan ketegangan di antara negara-negara besar,” kata Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi di konferensi The Council for Security Cooperation in the Asia Pacific di Jakarta, Kamis, 8 Desember 2022.
Konstruksi geostrategis Indo-Pasifik, yang juga mencakup ASEAN, dibayangi oleh persaingan dagang Amerika Serikat dan Cina dalam beberapa tahun terakhir. Belakangan, tensi ketegangan kedua negara meningkat karena pergesekan politik dunia seperti kedaulatan Taiwan dan keberpihakan di invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping saling mengintip kemungkinan meredakan eskalasi ketegangan kedua negara saat bertemu di sela konferensi tingkat tinggi atau KTT G20 Bali. Keduanya saling memberi sinyal untuk bersaing dengan sehat.
Lim mengatakan, hubungan antara geopolitik dan rantai pasokan global di satu sisi, merefleksikan kompleksitas hubungan internasional dan keamanan nasional serta ekonomi dan perdagangan di sisi lain. ASEAN tengah berupaya meningkatkan koordinasi lintas pilar dan sektor, serta kolaborasi untuk mengamankan komunitas yang stabil, aman, dan berkelanjutan.
Indonesia menerima tongkat estafet presidensi ASEAN dari Kamboja sekitar tiga pekan lalu. Saat penyerahan presidensi di Phnom Penh, Presiden RI Joko Widodo mengatakan ASEAN harus menjadi kawasan yang stabil, damai, dan menjadi jangkar stabilitas dunia.
Untuk keketuaan 2023, Indonesia mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Presiden Jokowi berharap ASEAN menjadi kawasan yang bermartabat serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi. Dia juga menyinggung ASEAN jangan menjadi proksi pihak manapun.
Menggemakan seruan Jokowi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, dalam kesempatan yang sama mengatakan, Indonesia memproyeksikan ASEAN jadi kelompok Asia yang lebih adaptif, responsif dan kompetitif terhadap agenda global. Prioritas Indonesia di ASEAN kurang lebih akan sejalan dengan tema G20; fokus pada ketahanan pangan hingga energi, kolaborasi keuangan dan mengatasi masalah rantai global serta mitigasi perubahan iklim.
Akademisi Hubungan Internasional sekaligus Mantan Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans, yang berpartisipasi dalam acara diskusi di Sekretariat ASEAN mengatakan negara kekuatan menengah seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, hingga Vietnam punya potensi besar dalam mengatasi tantangan multilateral.
“Jadi (kekuatan menangah tinggal memilih) apakah akan termakan oleh dinamika saat ini, sikap, dominasi para raksasa, atau menurut Anda apakah kita perlu menyadari bahwa risiko kita menggunakan kendaraan institusional yang kita miliki tersedia secara lebih efektif?” kata Evans.
Sumber: Dunia.Tempo.Co