Kereta Cepat Pertama di ASEAN Bukan di Indonesia tapi di Laos, Benarkah?



Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Stasiun Halim, Jakarta, diklaim sebagai kereta cepat pertama di ASEAN, benarkah? Diketahui Presiden RI Joko Widodo meresmikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Stasiun Halim, Jakarta, Senin (3/10/2023).

Dikutip dari laman resmi Sekretariat Negara (Setneg), kereta cepat yang diberi nama WHOOSH dengan kecepatan 350 kilometer per jam itu disebut sebagai kereta cepat pertama Asia Tenggara (ASEAN). Namun klaim itu dikritik beberapa netizen misalnya akun X @ZAEffendy menyebut bahwa kereta cepat pertama di ASEAN berada di Laos yang beroperasi sejak 2021. “Pak @jokowi, Kereta Cepat pertama di ASEAN ada di LAOS, beroperasi sejak 2 Desember 2021,” tulisnya. Kereta cepat  yang beroperasi di Laos tersebut menghubungkan Vientiane ke Boten dengan jarak  414 Km.

Sri Mulyani Siapkan Dana Rp11,5 T, untuk Jamin Utang Kereta Cepat? Gerai UMKM Akan Hadir di Stasiun Kereta Cepat Whoosh Viantiane merupakan ibu kota Laos, sedangkan Boten merupakan kota di Laos utara yang berada di perbatasan dengan China di Provinsi Yunnan. Jalur Vientiane-Boten resmi dihubungkan oleh jalur kereta cepat bagian dari jalur Vientiane-Kunming di China sejauh 1.020 Km.

Namun dikutip dari laman resmi Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), jalur di Laos tersebut bukan kereta cepat, melain jalur semi kereta cepat. Sebab kereta yang beroperasi di laos tersebut mempunyai kecepatan 160 km per jam. Jika merujuk kereta api dengan kecepatan 160 km per jam ini masuk dalam kategori Kereta Api Semi Cepat standar International Union of Railway (UIC).

Berbeda dengan KCJB yang mampu melaju dengan kecepatan hingga 350 km per jam. “Hal ini menunjukkan jika teknologi yang digunakan KCJB lebih terkini dan paling mutakhir. Dengan kecepatan 350 km per jam, Indonesia kini menjadi pionir kereta api cepat di Asia Tenggara,” kata Rahadian Ratry, Corporare Secretary PT KCIC dikutip dari laman resmi KCIC.

Source : Ekonomi Bisnis



Related posts

Dubes Belanda Apresiasi Program Moderasi Beragama

Ulama Maroko dan Mudir Ma’had Aly Indonesia Bahas Pentingnya Integrasi Tasawuf  dalam Kurikulum

Indonesia dan Maroko Diskusikan Sinergi Penerapan Fikih Mitigasi