Hasil Meeting of Governors and Mayors of ASEAN Capitals (MGMAC) 2023 yang menjadi bagian integral dari perputaran dinamis dalam skema pengembangan kota-kota ASEAN menunjukkan hasil positif.
Dalam pertemuan penting tersebut, para pemimpin dari berbagai kota ASEAN berkumpul untuk berdiskusi tentang sejumlah isu krusial, mulai dari resiliensi pasca-Covid, hingga pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta kesetaraan antara kota-kota di kawasan ASEAN.
“Kami berkomitmen untuk terus menjaga kerja sama ini, baik dalam aspek pengembangan ekonomi maupun pengelolaan lingkungan,” ujar Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono dalam diskusi FMB9 yang mengangkat tema ‘Kota Cerdas ASEAN, Tingkatkan Kualitas Hidup’, Selasa (8/8/2023).
Menurutnya, melalui MGMAC 2023, Jakarta telah menunjukkan komitmen nyata dalam mewujudkan kota yang cerdas, berkelanjutan, dan ramah lingkungan, menjadikan ibu kota ini sebagai contoh inspiratif bagi perkembangan kota-kota masa depan.
Kami telah membangun relasi sister city yang solid dengan Bangkok. Jakarta yang lebih mandiri dalam mengelola sektor transportasi dari sisi intervensi pemerintah pusat, memberikan contoh kepada Bangkok yang masih sangat tergantung pihak swasta dalam pengelolaannya,” papar dia.
Di samping dengan Bangkok, Jakarta juga berbagi pengalaman berharga dengan negara-negara tetangga seperti Laos, Kamboja, dan Vietnam dalam upaya meningkatkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Pemda DKI juga telah meluncurkan program penanganan perubahan iklim, seperti peninggian tanggul pantai dan proyek giant sea wall.
“Baru-baru ini juga Presiden Jokowi telah meresmikan Sodetan Ciliwung yang menggunakan teknologi modern untuk memantau dan mengatur aliran air,” ungkapnya dengan bangga.
Kemudian Heru juga menggarisbawahi komitmen Pemda DKI dalam menjaga kualitas udara dan lingkungan. Upaya peningkatan kualitas udara dihadapkan pada pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor.
“Di Jakarta, industri sudah bergeser, tetapi masih ada pencemaran dari kendaraan bermotor. Dari data satu atau dua setengah tahun terakhir, jumlah mobil meningkat pesat dari 4 juta menjadi 6 juta yang berpelat B,” tegas Heru.
Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan SKSG Universitas Indonesia, Lin Yola menekankan pentingnya teknologi dan inovasi dalam mendukung urbanisasi yang tinggi di kawasan ASEAN.
Terlebih, data terakhir menunjukkan bahwa ASEAN memiliki karakter khusus dalam bidang urbanisasi yang tinggi dibanding kawasan lainnya.
“Asia sudah naik ke 50-60 persen. Kota-kota besar di ASEAN sudah berkembang pesat,” kata dia.
Ia menyoroti evolusi konsep smart city yang tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga harus menjaga keseimbangan dengan lingkungan.
Menurut Lin, pemerintah saat ini harus mulai fokus untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan memberikan fasilitas yang lebih mudah untuk mobilisasi, seperti kendaraan umum yang baik.
“Dan juga transformasi good governance, yang dulu hanya komunikasi dari pemerintah ke masyarakat, kini juga harus sebaliknya, dari masyarakat ke pemerintah,” imbuhnya.
Sumber : Suara.com