Home » Panda China yang Dipinjamkan ke Thailand Mati Mendadak

Panda China yang Dipinjamkan ke Thailand Mati Mendadak

by Cindy Kemala
79 views 2 minutes read

Seekor panda raksasa, pinjaman jangka panjang dari China, mati di sebuah kebun binatang di Thailand Utara pada Rabu (18/4), enam bulan sebelum hewan itu seharusnya pulang, kata sejumlah pejabat Kebun Binatang Chiang Mai.

Penyebab kematian Lin Hui tidak segera jelas tetapi tampaknya sakit pada Selasa pagi, dan hidungnya terlihat berdarah ketika berbaring setelah makan, kata Wutthichai Muangmun, direktur kebun binatang itu.

Lin Hui segera dirawat tim dokter hewan gabungan Thailand-China tetapi kondisinya memburuk dan mati Rabu pagi, katanya.

Tewarat Vejmanat, seorang dokter hewan yang berbicara pada konferensi pers yang disiarkan langsung di halaman Facebook kebun binatang tersebut, mengatakan bahwa panda itu, yang menjalani pemeriksaan kesehatan setiap hari, sudah berusia lanjut yaitu 21 tahun, dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit atau perbedaan perilaku sebelum jatuh sakit.

“China berduka atas kematian panda raksasa Lin Hui,” kata Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri, di Beijing.

Wang mengatakan bahwa setelah China mengetahui panda itu sakit, pihak berwenang “segera mengorganisir para ahli untuk memandu pihak Thailand untuk melakukan pekerjaan penyelamatan melalui tautan video, tetapi sayangnya tidak menyelamatkan nyawanya.”

Ia menambahkan bahwa pihak berwenang China akan segera membentuk tim ahli untuk melakukan penyelidikan bersama atas penyebab kematian Lin Hui.

Pasangan jantan Lin Hui, Chuang Chuang, yang dipelihara bersamanya di Kebun Binatang Chiang Mai, mati di sana pada tahun 2019 pada usia 19 tahun. Pasangan itu tiba di Chiang Mai pada tahun 2003 melalui program pinjaman 10 tahun yang kemudian diperpanjang selama 10 tahun lagi.

FILE - Xuang Xuang, panda jantan (kiri), bermain di tanah, saat Lin Hui (kanan), panda betina, makan kue yang terbuat dari bambu dan wortel untuk merayakan ulang tahun keempatnya di Kebun Binatang Chiang Mai, provinsi Chiang Mai, utara Bangkok, Thailand, 28 September 2005. (AP/Wichai Traprew, File)
FILE – Xuang Xuang, panda jantan (kiri), bermain di tanah, saat Lin Hui (kanan), panda betina, makan kue yang terbuat dari bambu dan wortel untuk merayakan ulang tahun keempatnya di Kebun Binatang Chiang Mai, provinsi Chiang Mai, utara Bangkok, Thailand, 28 September 2005. (AP/Wichai Traprew, File)

Sementara digembar-gemborkan untuk tujuan penelitian dan konservasi, program peminjaman Panda umumnya dianggap sebagai upaya diplomasi persahabatan China, yang telah mengirim panda ke banyak negara.

Ketika Chuang Chuang mati pada 2019, Menteri Lingkungan Thailand saat itu, Varawut Silpa-archa, mengatakan negara itu harus membayar $500.000 kepada pemerintah China sebagai kompensasi. Belakangan dilaporkan bahwa gagal jantung adalah penyebab kematiannya.

Direktur kebun binatang Wutthichai mengatakan kebun binatang memiliki polis asuransi 15 juta baht ($435.000) untuk Lin Hui, yang sedianya akan dikembalikan ke China Oktober ini.

Lin Hui dan Chuang Chuang memiliki anak berjenis kelamin betina, Lin Ping, pada tahun 2009 melalui inseminasi buatan. Sebuah skema untuk mendorong mereka untuk kawin secara alami dengan menunjukkan kepada mereka video panda berhubungan seks menjadi berita utama pada tahun 2007.

Lin Ping dikirim ke China pada tahun 2013 dalam misi yang awalnya digambarkan sebagai kunjungan satu tahun untuk mencari pasangan. Namun, hingga kini, panda tersebut tetap berada di sana.

Harapan hidup panda raksasa di alam liar adalah sekitar 15 tahun, tetapi di penangkaran mereka bisa hidup sampai usia 38 tahun. Upaya konservasi selama beberapa dekade di alam liar dan studi di penangkaran telah menyelamatkan spesies panda raksasa itu dari kepunahan.

Populasi panda raksasa pernah kurang dari 1.000, namun kini diperkirakan mencapai lebih dari 1.800 di alam liar dan penangkaran. 

Sumber : Voa

You may also like