Home » Daya Tahan Ekonomi Kuat, RI Jadi Navigator Ekonomi di ASEAN

Daya Tahan Ekonomi Kuat, RI Jadi Navigator Ekonomi di ASEAN

by Intan Adiratna
84 views 5 minutes read



Pertumbuhan ekonomi nasional tercatat konsisten berada di atas 5% per semester I-2023. Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terbaik pertumbuhan ekonomi di tengah berbagai gejolak ekonomi dan politik global.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun jauh lebih baik dibandingkan Korea Selatan dan Singapura yang melambat di awal tahun ini. Perekonomian nasional menunjukkan resiliensi dan terus pulih lebih cepat dengan ditopang perbaikan fundamental ekonomi domestik, seperti peningkatan dari sisi konsumsi, investasi, dan ekspor.

Bukan hanya dari sisi pertumbuhan, ketahanan ekonomi tanah air dari situasi global tercermin dari angka inflasi yang terkendali. Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan mencatat inflasi masih terkendali dan daya beli masyarakat masih terjaga.

Pada Juni 2023, laju inflasi Indonesia tercatat pada level angka 3,52% secara year-on-year. Hal ini menunjukkan tingkat daya beli masyarakat terjaga dalam membeli barang kebutuhan.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan prestasi tersebut merupakan hasil dari koordinasi yang kuat dalam perumusan kebijakan publik. Dia mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia berkolaborasi memperkuat koordinasi moneter-fiskal sehingga mampu mengakselerasi transformasi keuangan. sektor riil, digitalisasi ekonomi keuangan, dan ekonomi inklusif-hijau.

“Untuk mendukung potensi ekonomi Indonesia, diperlukan adanya reformasi struktural. Reformasi ini dapat diwujudkan melalui hilirisasi sumber daya alam menjadi ekosistem industri yang bernilai tambah, misalnya melalui pemanfaatan nikel Indonesia menjadi baterai mobil listrik di masa depan,” ungkap Perry dikutip dari halaman resmi Bank Indonesia.

Indonesia pun siap menjadi motor penggerak baru di Asia Tenggara. Sebagai negara terbesar di ASEAN, ekonomi Indonesia mendominasi sekitar 40% dari seluruh ekonomi kawasan. Untuk itu daya tahan ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global berperan penting untuk ASEAN.

Peran penting Indonesia dalam menavigasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan pun tercermin dari Keketuaan ASEAN 2023. Di gelaran KTT ASEAN ke-43, pada 5-7 September lalu, menjadi bukti kemampuan Indonesia dan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia di masa depan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan sesuai tema yang diangkat “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, kawasan ASEAN mempunyai modal mumpuni untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$ 3,36 triliun pada 2021.

“Ini menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi terbesar kelima di dunia. Hal ini didukung pula dengan jumlah populasi di kawasan ASEAN yang mencapai lebih dari 650 juta jiwa,” kata Airlangga.

Perekonomian Indonesia ditargetkan akan mampu tumbuh mencapai 5,3% pada akhir tahun ini, artinya masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan global. Apalagi, ada sejumlah tantangan seperti tensi geopolitik, inflasi, tingkat suku bunga yang tinggi, hingga risiko pengetatan likuiditas yang menghantui perekonomian global.

Menurut dia, Indonesia dalam Keketuaan di ASEAN 2023 telah menetapkan 16 Priority Economic Deliverables (PED) yang terbagi dalam 3 strategi utama, yaitu Recovery-Rebuilding, Digital Economy dan Sustainability.

Sementara itu, strategi Indonesia untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan memperkuat daya saing dalam mewujudkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui transformasi digital dengan memperluas transaksi mata uang lokal dan QRIS serta percepatan perundingan Digital Economic Framework Agreement (DEFA).

“Untuk mendorong peningkatan berbagai capaian tersebut, ASEAN perlu memanfaatkan berbagai kerja sama ekonomi di kawasan, baik dalam bentuk ASEAN + 1 FTA maupun Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). RCEP yang diinisiasi Indonesia pada 2011 telah menciptakan kekuatan ekonomi baru, dengan potensi menjadikan RCEP sebagai kawasan basis industri yang kompetitif di dunia,” ungkapnya.

Selanjutnya dengan memperkuat konektivitas melalui peningkatan konektivitas udara dan laut, mendorong terwujudnya ASEAN Power Grid, serta meningkatkan keamanan pangan melalui penguatan rantai suplai dan sistem logistik ASEAN.

“Perlu ada kerja sama lintas sektor untuk memastikan ketahanan pangan di kawasan sekaligus membangun penguatan mekanisme early warning system,” ujar Airlangga.

Akselerasi agenda keberlanjutan juga diwujudkan melalui pengembangan Trans-ASEAN Renewable Energy yang bersumber dari surya dan hidro, ekosistem kendaraan listrik, dan kerangka ekonomi biru kawasan. Selain itu, Indonesia juga memiliki visi untuk mendorong pembangunan kawasan berkelanjutan melalui ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF).

“Dalam AIPF akan diundang partisipasi sektor publik, privat maupun global dalam berbagai proyek di kawasan yang mendukung infrastruktur hijau, penguatan rantai suplai, transformasi digital dan ekonomi kreatif, serta pembiayaan inovatif dan berkelanjutan,” pungkas dia.

Pertumbuhan ekonomi ASEAN pun dapat terus berlanjut dengan tren positif setiap tahunnya. Apalagi perekonomian ASEAN didukung oleh kegiatan perdagangan, konsumsi, maupun investasi yang terbuka dengan negara lain. Kawasan Asia tenggara pun memiliki memiliki sumber daya alam dan terbarukan yang melimpah, dan menjadi daya tarik serta membuka peluang investasi dari negara luar kawasan.

Untuk mendukung Indonesia dan ASEAN menjadi pusat ekonomi dunia, dibutuhkan dukungan dari lembaga keuangan dan perbankan. Dengan perbankan yang terhubung satu sama lain, aktivitas perdagangan dan investasi di kawasan pun semakin lancar.

Salah satu dukungan perbankan yang telah dirasakan oleh ASEAN dan berkontribusi pada pertumbuhan telah dilakukan oleh United Overseas Bank (UOB). Bank yang telah beroperasi selama lebih dari 80 tahun ini berkomitmen membangun masa depan yang lebih baik bagi perekonomian di ASEAN.

Sebagai One Bank For ASEAN, UOB terus mendukung bisnis di seluruh ASEAN melalui pembangunan jaringan yang komprehensif dengan memberikan akses dan peluang untuk pertumbuhan bisnis di kawasan regional.

UOB memiliki jaringan global yang luas dan dapat membantu menghubungkan bisnis dengan berbagai peluang baru dan solusi keuangan di ASEAN. Dengan kolaborasi erat bersama lembaga pemerintah, asosiasi perdagangan, dan penyedia layanan profesional, UOB memberikan solusi holistik bagi investor asing yang tertarik menanamkan modalnya di tanah air.

Sejak 2011, UOB memiliki 10 pusat Foreign Direct Investment (FDI) Advisory yang tersebar di Asia. Dengan memanfaatkan kekuatan jaringan yang luas dan pengetahuan lokal yang mendalam, pusat FDI membantu menyelesaikan tantangan lintas batas negara.

Di Indonesia, UOB FDI Advisory telah membantu lebih dari 300 perusahaan untuk berinvestasi, dengan nilai lebih dari US$ 19 miliar. Di tengah pandemi, pusat investasi terpadu UOB ini pun mampu menciptakan lebih dari 84 ribu lapangan pekerjaan.

Source : CNBC Indonesia

You may also like