Jakarta, CNBC Indonesia – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah mendapatkan perhatian yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir sebagai salah satu pasar konsumsi barang mewah dengan pertumbuhan tercepat.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah organisasi antar pemerintah regional yang terdiri dari sepuluh negara anggota yakni Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Negara-negara di ASEAN telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, terutama dalam konsumsi barang-barang mewah dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu pendorong utama di balik pertumbuhan konsumsi barang mewah di kawasan ASEAN adalah pertumbuhan ekonomi luar biasa yang terlihat di beberapa negara anggota. Negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang kuat, yang mengarah pada bertambahnya kelas menengah dengan peningkatan daya beli.
Dilansir dari World Economics, secara keseluruhan negara-negara ASEAN menyumbang 7% PDB global dan 9% pertumbuhan PDB global dalam 10 tahun terakhir (2012-2022).
Kawasan ASEAN telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, sehingga menghasilkan peningkatan kelas menengah dengan pendapatan yang lebih tinggi. Meningkatnya tingkat kesejahteraan ini telah meningkatkan permintaan terhadap barang-barang mewah, sehingga menjadikan ASEAN sebagai pasar yang menguntungkan bagi merek-merek mewah di seluruh dunia. Ketika merek-merek ini menyadari potensi kawasan, mereka terus berinvestasi dan memperluas kehadiran mereka di negara-negara ASEAN.
Asia kini ditetapkan sebagai wilayah terdepan dalam ritel barang mewah, melampaui Eropa dan Amerika. Bain & Company melaporkan bahwa penjualan barang mewah pribadi di Asia meningkat menjadi 112 miliar euro pada 2021, menyumbang 39% dari seluruh penjualan global. Bila dirupiahkan angkanya diperkirakan mencapai Rp 1.849,34 triliun.
Pasar ritel mewah yang sudah mapan, seperti China Daratan, Tokyo, dan Seoul, telah didukung oleh pembeli domestik selama pandemi ini, sementara banyak destinasi di Asia Tenggara terpukul oleh tidak adanya wisatawan dengan pengeluaran besar.
Antara periode 2019 dan 2021, harga sewa mengalami koreksi di seluruh wilayah, dengan kontraksi berkisar dari 2,6% di Kuala Lumpur hingga hampir 43,7% di Jakarta. Hanya Hanoi yang mengalami kenaikan harga sewa sebesar 11,1%.
Namun, kota-kota di ASEAN kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang cepat dengan kembalinya wisatawan internasional ke kota-kota seperti Bangkok, Singapura, Kuala Lumpur, Phuket, Pattaya dan Bali.
Keenam lokasi ini saja menarik belanja wisatawan sebesar US$80 miliar pada 2019 dan kini, bersama dengan Filipina, kembali dibuka untuk wisatawan. Oxford Economics memperkirakan pertumbuhan belanja ritel antara 3,8% (Jakarta) hingga 9,1% (Kuala Lumpur) pada 2022.
Dalam jangka panjang, ritel barang mewah di negara-negara berkembang di ASEAN, seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Filipina, akan didukung oleh peningkatan populasi, pertumbuhan kekayaan yang pesat, dan pesatnya urbanisasi. Wilayah ini memiliki populasi lebih dari 620 juta jiwa, dengan populasi kaum muda berada di pasar yang lebih besar seperti Indonesia.
Pengeluaran konsumsi agregat seluruh negara ASEAN diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 5,2% per tahun selama sepuluh tahun hingga tahun 2031, melampaui CAGR Asia Pasifik secara keseluruhan sebesar 4,7%. Pertumbuhan ini akan mendorong pengembangan ritel baru dan peningkatan harga sewa dan nilai.
Di antara negara-negara ASEAN, Singapura paling menonjol sebagai negara dengan konsumsi merek mewah tertinggi. Dikenal sebagai pusat keuangan global dan tujuan belanja mewah, Singapura memiliki infrastruktur ritel mewah yang mapan, menawarkan berbagai merek bergengsi.
Populasi negara kota yang makmur, standar hidup yang tinggi, dan gaya hidup kosmopolitan berkontribusi signifikan terhadap keunggulan negara ini dalam konsumsi merek-merek mewah.
Meskipun Singapura memimpin dalam konsumsi merek-merek mewah di ASEAN, negara-negara lain di kawasan ini juga mengejar ketinggalannya. Negara-negara seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, pertumbuhan kelas menengah, dan peningkatan selera terhadap barang-barang mewah. Seiring dengan perkembangan negara-negara ini, mereka menghadirkan peluang menarik bagi merek-merek mewah yang ingin memasuki pasar baru
Berdasarkan data Statista Market Insights mengenai barang mewah di ASEAN, pendapatan di pasar barang mewah berjumlah US$15,29 miliar pada tahun 2023. Pasar diperkirakan tumbuh setiap tahun sebesar 4,16% (CAGR 2023-2028).
https://datawrapper.dwcdn.net/8kf7L/2/
Segmen pasar terbesarnya adalah segmen fashion mewah dengan volume pasar sebesar US$4,55 miliar pada tahun 2023. Sebagai perbandingan global, sebagian besar pendapatan dihasilkan di Amerika Serikat (US$75.690,00 juta pada tahun 2023).
Kemudian, sehubungan dengan angka total populasi, pendapatan per orang dihasilkan sebesar US$22,27 pada tahun 2023. Di pasar barang mewah, 7,0% dari total pendapatan akan dihasilkan melalui penjualan online pada tahun 2023.
Kawasan ASEAN kini sebagai pasar yang dinamis dan berkembang pesat untuk konsumsi merek-merek mewah. Didorong oleh pertumbuhan ekonomi, perubahan preferensi konsumen, pariwisata, transformasi digital, dan perkembangan infrastruktur ritel, pasar ASEAN menghadirkan peluang yang menguntungkan bagi merek-merek mewah.
Kawasan ASEAN terkenal dengan warisan budayanya yang kaya, bentang alam yang menakjubkan, dan beragam atraksi wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara-negara ASEAN berdampak besar pada konsumsi merek mewah.
Pengunjung dari seluruh dunia, termasuk Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara, sering kali ingin menikmati pengalaman berbelanja mewah sambil menjelajahi wilayah tersebut. Masuknya wisatawan internasional ini semakin meningkatkan permintaan terhadap merek-merek mewah, mengubah kawasan ASEAN menjadi surga belanja.
Source : CNBC Indonesia