Air memiliki peran yang sangat penting bagi manusia. Pada hakikatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa air.
Namun, dengan semakin banyaknya populasi manusia’, segala upaya tentu harus dilakukan untuk dapat memanfaatkan sumber daya air yang terbatas dengan baik dan efisien.
Mengutip dari situs resmi World Bank terkait manajemen sumber daya air, dikatakan bahwa keamanan sumber daya air merupakan tantangan yang besar – dan sering kali semakin meningkat – bagi banyak negara saat ini. Untuk memberi makan 10 miliar orang pada tahun 2050, diperlukan peningkatan produksi pertanian sebesar 50% (yang menghabiskan 70% sumber daya air saat ini), dan peningkatan pengambilan air sebesar 15%. Sayangnya, selain meningkatnya permintaan, sumber daya air juga semakin langka di berbagai belahan dunia.
Di antara negara-negara ASEAN sendiri, menghimpun data dari Food and Agriculture Organization (FAO), sumber daya air terbarukan Indonesia mencapai 2.018,7 km3/tahun pada tahun 2020. Hal ini menempati Indonesia menjadi negara dengan potensi sumber daya air tertinggi di ASEAN.
Diikuti oleh Myanmar di posisi kedua dengan volume sumber daya air yang dapat diperbarui mencapai 1.167,8 km3/tahun dan Vietnam di posisi ketiga dengan sumber daya air terbarukan sebesar 884,12 km3/tahun.
Sayangnya, data dari EPI mencatat bahwa Indonesia masih berada di urutan ke-125 sebagai negara dengan kualitas sanitasi dan air minum yang baik dalam skala global, dan urutan ke-9 di wilayah Asia Tenggara dengan skor sebesar 28,5 poin.
Singapura menjadi negara dengan akses sanitasi dan air minum terbaik pada tahun 2022 di antara negara-negara ASEAN dengan skor poin mencapai 93,3. Disusul oleh Brunei Darussalam dengan poin 85,7.
Adapun Epi merupakan Indeks Kinerja Lingkungan yang mengkaji akses sanitasi dan air minum aman dari total 180 negara di dunia. Pengkajian tersebut disesuaikan dengan disabilitas standar usia per 100 ribu orang akibat minimnya akses ke fasilitas sanitasi yang memadai dan air minum aman.
Sumber : Good Stats