Home » Pakar HI China Dukung ASEAN Tetap Netral di Tengah Masalah Geopolitik

Pakar HI China Dukung ASEAN Tetap Netral di Tengah Masalah Geopolitik

by Amisha Puspita
28 views 2 minutes read

Dunia saat ini sedang menyaksikan berbagai negara dengan kekuatan politik dan ekonomi yang besar unjuk gigi. Tak hanya Amerika Serikat, kini Uni Eropa, Republik Rakyat China, negara-negara Teluk, Rusia, hingga India juga memiliki suara yang kuat di hubungan internasional.

Negara-negara tersebut terpantau memberikan dukungan kepada negara lain, baik yang membutuhkan bantuan, satu kawasan, atau yang sejalan dengan visi mereka.

Salah satu contohnya adalah dukungan China kepada ASEAN.

Pakar hubungan internasional dari China mengatakan negaranya mendukung agar ASEAN tetap netral, serta menjauhi pihak-pihak yang ingin mendominasi.

Hal itu diungkap oleh Deputi Dirjen Chnia Center for Contemporary World Studies (CCWS), Qi Wei. Ia berkata jangan sampai ASEAN mengikuti “hukum rimba” dan ikut-ikutan memojokkan satu pihak tertentu di ranah internasional.

“Takdir kita harus berada di tangan kita sendiri,” ujar Qi Wei di kantor Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Selasa (18/4/2023). 

Ia tidak menyebut negara mana yang ingin “memojokkan” satu pihak tertentu. Kendati demikian selama ini sejumlah pemberitaan menyebut bahwa China pernah menyindir Amerika Serikat saat Rusia terkena sanksi.

Pada kesempatan tersebut, Qi Wei juga menyorot peran Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023, dan bahwa Presiden Joko Widodo tidak ingin ASEAN jadi lokasi konflik proksi. 

“Presiden Widodo menyorot bahwa Indonesia ingin memelihara sentralitas dan persatuan ASEAN, stabilitas politik kawasan, dan menekankan bahwa ASEAN tidak boleh menjadi proksi pihak mana pun,” ujar Qi Wei.

Bicara soal dukungan China, baru-baru ini perjalanan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva ke Beijing dinilai memperjelas bahwa dia mengandalkan China untuk membantu menghidupkan kembali sektor industri negara Amerika Selatan itu, terutama mengisi kekosongan perusahaan Amerika Serikat (AS) yang hengkang.

Setelah Lula da Silva bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat (14/4/2023), Menteri Keuangan Brasil Fernando Haddad mengatakan kepada wartawan bahwa kedua negara sedang merencanakan “lompatan ke depan” dalam hubungan mereka.

“Presiden Lula da Silva menginginkan kebijakan re-industrialisasi. Kunjungan ini memulai tantangan baru bagi Brasil: membawa investasi langsung dari China,” kata Haddad seperti dilansir AP, Minggu (16/4).

Dia menambahkan bahwa Brasil juga menginginkan ikatan yang kuat dengan AS, namun dia menyesalkan fenomena sejumlah perusahaan AS angkat kaki dari negara itu.

Berbicara kepada wartawan sebelum meninggalkan China, Lula da Silva mengatakan pada Sabtu (15/4) pagi bahwa hubungan Brasil dengan raksasa Asia itu melampaui fase ekspor komoditas. Dia menambahkan, dia mengunjungi kantor pusat perusahaan telekomunikasi China, Huawei, karena dia perlu mempromosikan revolusi digital di negaranya.

Selama bertahun-tahun, Brasil menjadi pengekspor bahan mentah yang besar dan China telah mengonsumsinya dengan “lahap”.

China mengambil alih posisi AS sebagai pasar ekspor terbesar Brasil pada tahun 2009 dan setiap tahun, Beijing membeli puluhan miliar dolar kedelai, daging sapi, bijih besi, unggas, pulp, tebu, kapas, dan minyak mentah.

Sumber : Liputan6

You may also like